Minggu, 11 Desember 2011

aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana
Aku memandang kalender akademik IKIP PGRI Semarang yang terletak di meja bercat avian biru muda mengkilat di sudut ruang tamu dengan kesal. Rabu, 10 November 2010, hari ulang tahunnya. Dan untuk ketiga kalinya pula dia lupa hari ulang tahunya saat bersama ku. Ulang tahun pertama, Masozy lupa karena harus ngurus kegiatan di pondok yang nggak bisa ditinggal. Sebagai orang yang dipercaya yai, Masozy memang berkewajiban melengkapi semua keperluan dan segala atribut tetek bengek yang dibutuhkan. Baiklah,,,!!! aku maklum. Kegiatan itu memang penting buat kemajuan pondok.
Ulang tahun kedua, Masozy nggak bisa ketemu aku karena sesuatu hal. Mungkin kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah dia minta maaf, serta saat aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Put, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakankan tidak apa-apa kan???.... Ini ulang tahunku, kado terindah yang ingin aku dapat adalah kita mencintai dengan sederhana, asal kamu nurut dengan aku, aku sangat bahagia. Lagi pula cinta kan tidak butuh upacara…*”.
Sekarang, aku tunggu dari kemaren hingga pagi ini, tak ada satupun angin yang membawa kabar tentag Masozy, entah lewat sms, telp, burung atau yang lain. Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun ndiri dan merayakan dengan orang-orang yang disayangi. Aku mendengus kesal. Masozy memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis (jangan ditanya... itu membuatku agak sentitif dan setengah cemberut...!!!). Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan slama ini.
Sedangkan aku,,, aku ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu (bahkan kadang setiap hari...*). Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat lama sekali tak ketemu dengan is ca ndut ku itu. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.
Aku tahu, kalau aku mencintai Masozy, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis??? Ah, pokoknya aku kesal titik● Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Masozy benar-benar menjadi menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku akhir-akhir ini. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk bercanda bersama, tertawa, cerita, dll. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya tersenyum dengan manis di fotonya saat Masozy kelas XII semasa MA-nya dulu.
Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. kerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing serta keadaan sama-sama letih menjadikan kita mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.
Sebenarnya, hari ini aku sudah ijin untuk tidak masuk kuliah. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, masozy bisa berlibur hari ini aja. Tetapi, begitulah masozy. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan di hari ultahnya seperti ini. Mungkin, karena kami belum menikah kali ya.... Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktunya untuk berdua dengan ku.
”Hev, kamu yakin mau menanti lamaran Rozy?” Diah sahabat baruku sekaligus sahabat kecilnya masozy menatapku heran.
”Rozy itu enggak romantis lho... Tidak seperti cowok romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Eh...tapi kadang dia nyebelin deh, suka ngerjain orla dan bercanda ma temen-temen yang deket dengan dia. Baik sih, soleh, setia…. Pokoknya, hidup sama dia itu aneh deh. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja buat masa depan yang lebih baik…eittt, jangan  ketinggalan, tak lupa juga buat ngusilin orang” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu.
Masozy memang belum mengatakan ingin melamarku, tapi sungguh... hati ini tak dapat dibohongi kalau soal perasaan yang sudah mendarah daging soal cintaku terhadap Masozy (huh.... jangan ditanya, coz semua itu kan jadi pertanyaan retoris), wah... sungguh beribu-ribu sungguh dan kepastian yang tiadatara tersusun rapi dan siap diterbitkan bak novel yang siap diterbitkan oleh pihak penerbit, seperti rangkaian pesawat terbang yang sudah dirakit dengan sangat sempurna oleh prof. mekanik terbaik diseluruh jagat raya, yang tak kalah penting ibarat sekumpulan bunga berwarna-warni di anyaman jambang bambu yang menarik perhatian semua orang yang masuk ruanggan itu, betapa tidak serangkaian bunga cantik itu menghiasi meja Pak Wali kota saat pertemuan beliau dengan Bu Menkes senin lalu. Aku akan setegas benda itu menjawab bahwa Hevi Dia Lestari ingin bener-bener jadi istrinya. *hehehe..... http://www.ngarep.com/101112*.
 ”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi sahabat iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini ni mah... tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama Rozy” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu Rozy kayak apa, sih...!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad bulat untuk menerima lamaran Masozy, ya.... kalau Masozy bener-bener ingin melamarku dan aku yakin itu. Kami pasti bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku. ⌠ ngarep bangat aku z....⌡.
~ * ® * ~

Minggu-minggu pertama setelah aku ma Masozy, kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Masozy berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat suatu masalah terjadi, nggak tahu kenapa setelah kejadian itu Masozy punya kebiasaan memutuskan hubungannya denganku, tapi yang aku heranin apa Masozy dah nggak mau lagi dengan aku, kerana setiap ada masalah sedikit aja, Masozy yang aku kenal berubah menjadi sederetan gunung berapi yang siap meletus, jika dirangsang sedikit saja akan bener-bener meluapkan laharnya didaerah sekelilingnya. Hingga membuat semua takut padanya, bak segrombolan tikus yang diburu oleh para petani dengan umpan kepiting sawah yang diolah sedemikian rupa  racun tikus yang mematikan. Tak kalah mendramatisirnya suara-suara yang melengkapi gemuruh kata putus yang mengiringi letusan gunung berapi itu serta umpatan para petani yang berharap “matilah kau... wahai tikus-tikus brengsek”. Seironis itu pula kata putus dari mulutnya yang terbungkus bibir manisnya, yach... kata itu, kata yang membuat aku benar-benar terpuruk hingga sekarang.
Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya dan tak pernah mempedulikan aku lagi, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias dan menggebu-gebu sering hanya ditanggapinya dengan ehmmm, oh, begitu ya… Cuma 1 kata yang ada dan tersisa untukku, mungkin kamus bahasa indonesia dan EYD sudah hangus terbakar oleh amarah demonstran hatinya terhadapku. Yach... buatku itu mendinglah dari pada oasis di gurun hatiku kering keronta...!!! walaupun hanya terisi oleh satu huruf disetiap balasan sms yang dikirimkannya untukku itu setidaknya bisa ku buat mengobati dehidrasi perhatian beratku. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas ketiduran, hingga keesokan harinya takkan ada sms untukku. Tapi, mau bagaimana lagi aku yang hanya bisa terima dengan keadaan ini....(uhhhh..... achihan.... )
Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Rasanya aku ingin sekali menghampiri masozy ke rumahnya, ingin ku tanyakan semua pertanyaan yang memenuhi pikiranku (5W1H harus aku tanyakan padanya tentang semua maksud sikapnya padaku akhir-akhir ini ). Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu... 1 jam pertama 15 menit sekali ku observasi Hp SE K608i-ku “hasil... nol...”. 1 jam kedua 30 menit sesekali ku evaluasi lagi Hp satu-satunya yang aku punya itu “ahrg..... TETEP SAJA TIDAK ADA JAWABAN ” . Akhirnya 1 jam yang ketiga itu barulah kuterima jawabannya.
“ Maaf, aku sedang sibuk... jadi tolong jangan ganggu aku, kalau kamu nggak ingin putus atau nggak ingin nyesel. Hati-hati dengan segala perbuataanmu, pikirkan dengan baik-baik, walaupun itu hal sepele jangan pernah kau remehkan”. Ucapnya dengan bahasa yang datar, serta tak mengenakan hati kecilku. Tuh, kan.... Lihat...!!! Bahkan ia membutuhkan waktu beberapa jam untuk membalas smsku. sibuk, ancaman yang menurutnya sebuah peringatan halus, dsb.
Aku langsung masuk ke kamarku, ku lempar tubuh ku dipulau kapuk yang telah lama tak berpenghuni karena aku jarang menempati kamar itu. ku peluk boneka beruang putihku yang selama ini kupanggil Si-ozy dengan eratnya, seolah tak ingin aku melepaskannya. Perlahan air mata ini mengalir berkejaran menyusuri sungai hingga menuju hilir seolah ingin berlomba menunjukkan siapa yang tercepat menuju ke laut tetesan. Ku luapkan semua rasa yang sanggat menyebalkan ini ke si-ozy dengan memeluknya erat sembari menata hatiku yang kian sakit dan .... arghhh 85^4#^&$#*!~”:<>? .... rasa apakah ini??? Kenapa sakit sekali...*. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.
”Kenapa Hev?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu apa yang terjadi dengan putra-putri ibu.
Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”pi, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi seperti ini menghadapi sikap dewasanya rozy. Cobalah, pi pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Rozy? Ia cowok yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Rozy tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua lho cowok seperti dia dan tidak mudah mendaptkan orang seperti dia, Hev. Banyak orang yang dihianati, di kasari, diselingkuhi, bahkan tak dianggap oleh cowoknya sendiri bahkan oleh tunangannya ataupun suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.
Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan cewekya, Bu. Aku kan juga butuh diperhatikan sesekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.
Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Masozy??? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Mendukungku dengan berbagai cara agar aku mendapat IP tinggi dengan cara uniknya. Mengubah pemikiranku dalam menghadapi berbagai hal, serta meyakinkanku akan bidan adalah hidupku, walau sampai sekarang aku masih terus beranggapan bahwa aku tak berbakat di kebidanan, aku masih terus menyangkal bahwa aku lebih mantep di TI. Tapi, aku hargai usaha Masozy yang dengan sabar menghadapi sifat chaldishku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan??? Tidak usah diragukan. Diah salah satu sahabatnya sejak kecil. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Masozy bersikap terhadap teman-teman ceweknya. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian cewek lain dengan mudah.
”Hev, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Rozy yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.
Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Nia, salah seorang sahabatku yang stres karena tunangannya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, apalagi sahabatnya yang telah mengenalkannya dengan tunangannya itu, dan yang paling memprihantinkan hatiku... Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya??? Sampai sekarangpun aku tak tahu luka bekas apakah itu??? “apakah itu kula bekas...???... ah tidak... aku tak boleh berpikir yang tidak-tidak tentang hal yang aku tak tahu pasti”. Pikirku sejenak saat muncul bayangan kisah tragis sahabatku itu.
“Ah... semoga keadaan Nia sekarang baik-baik saja, lama aku tak bertemu dengannya lagi”. Aku berusaha menghela nafas panjang dari hidungku agar mendapat oksigen yang cukup  untuk mengusir stress yang sembari tadi berdomisili di setiap aliran darahku hingga memenuhi 78,4 % tubuhku.
Pelan-pelan, segerombolan rasa bersalah bermunculan dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengan Masozy hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengusahakan untuk memenuhi keinginanku??? Tapi, bukankah aku juga harus bisa mengerti keadaannya sekarang??? Mungkinkah dia bisa pergi denganku untuk sesuatu yang dianggapnya tidak perlu ada upacara dalam cinta atau dalam perayaan apapun, dengan mensyukurinya itu sudah cukup. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis saja, walau tidak harus ketemu, pergi, perayaan dan sebagainya??? Bahwa aku bisa menujukkannya dengan sikapku yang lebih menghargai keputusannya, keadaannya, dan sesuatu yang berhubungan dengan masa depannya. Namun, jujur aku merasa tersisih, aku cemburu dengan kegiatan dan pekerjaannya. Atau aku hanya ingin menutupi perasaan takutku??? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai Masozy???
Aku segera bangun dan keluar dari kamar dengan semangat. Aku bergegas mengambil Hp untuk mengirim pesan singkat pada Masozy, yach... walau hanya sekedar ucapan met sore atau mengingatkan buat mandi. Setidaknya aku ingin berusaha membuat Masozy bahagia dihari ulang tahunnya, walaupun tak ketemu, tak pergi, tak ada hadiah mewah, serta tak ada perayaan. Namun aku tetap ingin memberi sesuatu yang berkesan buatnya dengan mengubah sikapku semanis gula dan madu yang mampu membuat Masozy lebih mencintaiku walau dengan kesederhanaan dan tiak neko-neko. Aku ingin membuat kejutan untuk Masozy.
Waktu makan malam sudah tiba. Aku menyiapkan masakan favorit Masozy yaitu iwak karaoke ma sambel pedes, lengkap dengan ikan asin. Walaupun makanan itu bukan untuk Masozy, tapi setidaknya itu perayaan yang aku buat dengan keluargaku untuk mendo’akan Masozy di ulangtahun ke-20nya. Semoga tambah dewasa, taat ma ALLAH, ma bapak ibu, tambah cayang ma aku, lebih pinter, bekerja keras, dan jadi yang berguna yang sehat selalu.... “ aAmmMiiIEennN ”.
Jam tujuh malam, tak ada satupun kabar dari Masozy,,, perasaanku semakin tidak enak. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, akhirnya terdengar bunyi cosmic dari Hpku, pertanda ada sms masuk. Aku berlari mencari asal bunyi itu dan berharap 100% itu dari masozy, Hp SE berwarna silver yang pernah bagus itupun akhirnya ku ambil. “Hahhhh.....” aku terpana tak percaya, ketika baru melirik ke arah Hp itu lewat pancarakan sinar layar yang tak begitu cerah serta LCD yang sudah saatnya diganti, ternyata oh... ternyata itu sms bergambar amplop.... pupus sudah harapanku,,,, aku berharap sangat tinggi sekali itu sms bergambar foto Masozy, bukan amplop kuning yang berarti itu sms umum bukan sms special dari Masozy. Tapi ya sudahlah, ku terus menunggu, menunggu dan menunggu walau mataku sudah tidak kuat untuk menungggu kabar dari Masozy aku masih tak mau kalah dengan dewi penatap yang mau padam karena waktunya sudah habis, “aku tak boleh kalah... harus tunggu kabar dari Masozy... itu harus...* ” ... hingga aku tak sadar telah terjerembat di alam ambang sadar.
Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah,,,, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit sembari mengucek-ngucek mataku agar aku mendapat penglihatanku yang jelas kembali. Seketika itu juga aku terjerembat kaget... Seikat mawar merah tergeletak di ranjang kamarku persis disebelah aku terlelap dan terbang dialam tak nyata tadi. Di dalamnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Tak ada jejak siapa yang memberi dan menaruh rangkaian bunga mawar yang indah seperti ini, bahkan lebih indah dari serangkain bunga yang ada di jambang meja Pak Walikota saat acara pertemuan dengan Bu Menkes senin itu.
Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu...*

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Lewat isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada...*

Dan...
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana...*